Welcome To The Club

Suara ceriwis kawanan burung langsung menyelinap ke dalam kamar begitu saya membuka jendela. Tiap pagi, ada puluhan atau mungkin ratusan burung kecil yang melayang di atas langit kos saya. Tidak ada pemandangan seperti ini di Jakarta. Tentu saja, saya terpesona.

Di Denpasar, tingkat kesibukan belum seperti di Jakarta. Disini, tidak saya lihat kesemrawutan lalu lintas seperti crowded lalu lintas di Jakarta. Tidak heran, saya hanya perlu 10 menit dari kos ke kantor. Di Jakarta, saya butuh waktu 5 sampai 6 kali lipatnya.

Di Bali yang indah, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati kemolekan alamnya. Meski terhitung pendatang baru, saya sudah menjelajahi keelokan Bedugul yang sejuk, kecantikan Tanah Lot, keunikan Ubud dan tentu saja pesona menjelang senja di pantai Kuta dan Legian.

Saya senang ada di sini. Saya bersyukur untuk kota yang tenang, beban pekerjaan yang tidak melimpah, udara yang bersih, air yang jernih, penduduk yang ramah dan alam yang mengagumkan. Saya bersyukur untuk itu semua.

Tidak terasa sudah lebih dua bulan saya ditugaskan di Denpasar. Setelah lama bertugas di Jakarta, inilah kali pertama saya meninggalkan Pulau Jawa. Ini juga pertama kalinya saya hidup terpisah dari keluarga. Orang bilang saya bujang lokal. Dan inilah nasib si bujang lokal. Semua serba sendiri. Mulai dari makan, minum, nonton tivi, menyapu, sampai tidur, semua dilakukan sendiri, karena tidak ada keluarga yang ikut.

Walaupun ditemani dengan banyak kesyukuran tinggal di sini, terkadang saya masih  terusik dengan ketiadaan keluarga. Sesekali menyusup ke dalam pikiran, sedang apa si bungsu? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sakit? Apakah dia terlambat sampai di sekolah? Apakah dia sudah mengerjakan PR? Di dalam hati, saya bertanya bagaimana para bujang lokal mengatasi hal-hal seperti ini.

Diam diam saya mengagumi seorang teman yang sudah 4 tahun lebih menjadi bujang lokal. Tampaknya dia menjalani takdirnya dengan ringan. Selain bekerja dengan semangat, dia mengisi waktu senggangnya dengan memuaskan hobinya : memotret, main bulutangkis dan travelling. Saat saya ceritakan kegundahan saya, dia tersenyum. Meski tidak bicara, dari caranya tersenyum, saya tahu dia mau bilang : sobat, welcome to the club.
Welcome To The Club Welcome To The Club Reviewed by ahmad muzaini on Saturday, September 10, 2011 Rating: 5

No comments:

Pinterest Gallery

Powered by Blogger.